Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #65 : Kebaikan Membawa Musibah


“Cu, sini Cu!”

Aku cuma bisa menghembuskan napas panjang saat Kakek memanggilku. Ini sudah sore yang artinya sudah waktunya bagi Kakek untuk menceritakan kisah prasejarah yang tak ada habisnya. Bukannya aku benci, hanya saja main Mobile Legend jauh lebih menarik dibanding mendengar kisah masa muda Kakek.

Namun karena lebaran sudah dekat aku cuma menurut dan duduk dengan patuh. Satu jam kebosanan tak ada artinya dibanding uang THR di hari raya.

“Jadi begini Cu, kau tau kan kalau kebaikan akan dibalas kebaikan? Kejahatan akan dibalas kejahatan?”

Aku mengangguk.

“Entah siapa yang mengatakan itu, tapi jangan terlalu percaya. Di dunia ini tak selamanya baik dibalas baik. Kadang kebaikan kita malah berakibat buruk.”

Aku memperbaiki postur dudukku. Tampaknya cerita kali ini akan lebih menarik dari biasanya.

“Dulu Kakek pernah ikut undian. Kami mengantri untuk mendapatkan nomor lotere. Kebetulan saat itu yang mengantri di belakang Kakek adalah wanita yang sedang hamil. Karena kasihan Kakek persilahkan dia mengambil nomor lebih dulu. Coba tebak apa? Nomor wanita itu menang undian sedangkan nomor Kakek dapat zonk. Kalau saja Kakek tidak menyuruhnya duluan ….”

Itu pasti pengalaman yang membuatnya tidak bisa tidur. Tapi toh Kakek tidak rugi apa-apa, harusnya dia tak perlu memendam kekesalan sampai tua.

“Dulu Kakek juga pernah membantu korban kecelakaan, tapi gara-gara itu Kakek telat datang kerja sampai akhirnya dipecat. Butuh dua bulan sampai Kakek bisa dapat pekerjaan lagi.”

Okay, yang itu memang cukup menyebalkan.

“Kakek juga pernah membantu seorang anak yang tersesat mencari orangtuanya, tapi Kakek malah dikira pedofil sampai akhirnya dibawa ke kantor polisi. Belum lagi Kakek pernah membantu orang yang jatuh dari motor, tapi ternyata dia maling motor dan Kakek disangka komplotannya. Habis Kakek dihajar massa. Hahh … kenapa dunia ini begitu jahat pada orang baik?”

“….”

“Tapi itu cuma contoh kecil, Cu. Cuma hal kecil. Ada satu kejadian yang membuat Kakek jadi enggan berbuat baik pada siapa pun. Jangan ceritakan ini ke siapa-siapa. Sebenarnya Kakek ingin bawa rahasia ini ke liang kubur, tapi Kakek merasa kamu harus tahu. Ini tentang orangtuamu.”

Segala pikiran tentang Hero Mobile Legend langsung lenyap begitu mendengar tentang orangtua yang tak pernah kukenal. Kakek bilang mereka pergi bekerja ke luar pulau saat aku masih kecil. Aku cuma tahu mereka dari foto saja, tapi seperti apa sebenarnya orangtuaku?

“Dulu ada seorang anak yang hanyut di sungai. Kakek tak sengaja menemukannya saat memancing dan membawanya ke rumah. Anak itu ternyata hilang ingatan jadi kami tak tahu ke mana harus membawanya. Akhirnya, karena nenekmu juga mengeluh pengen ada yang membantu kerjaan rumah, kami pun mengangkatnya sebagai anak. Ini kebaikan yang pertama.”

Aku punya perasaan aku tak akan suka yang kudengar. Sudah jelas ini akan jadi cerita tragedi, haruskah aku terus mendengar?

“Anak itu ternyata seorang gadis cantik. Dia seumuran dengan ayahmu. Kalau tidak salah dulu ayahmu masih lima belas tahun. Belum dewasa, tapi sudah tau caranya nakal. Suatu malam saat mereka cuma berdua di rumah sesuatu pun terjadi dan semua menjadi kacau. Salah Kakek karna terlalu percaya keimanan ayahmu. Setelah berdebat lama, kami pun harus mengusir gadis itu dari rumah sedangkan ayahmu kami kirim ke pesantren.

“Kakek mengirim gadis itu ke seorang kenalan Kakek di luar kota dan dia memberi gadis itu pekerjaan. Itu kebaikan Kakek yang kedua, tapi tak lama setelah itu si Gadis mencuri perhiasan kenalan Kakek dan kabur entah ke mana. Gara-gara itu hubungan kami jadi sangat pahit. Seolah itu belum cukup ayahmu malah ketahuan berbuat mesum dengan santriwati di sana dan akhirnya dikeluarkan. Hancur sudah hidup ayahmu.”

Ternyata firasatku benar, ini benar-benar kisah yang buruk. Satu kakiku sudah bersiap untuk pergi, tapi kaki yang lain masih tergeletak penasaran dengan kelanjutannya.

“Kakek benar-benar marah pada ayahmu. Kakek dibesarkan dengan cara yang keras dan tidak manusiawi, makanya Kakek mencoba membesarkan ayahmu dengan lembut, tapi ternyata ayahmu memang perlu diperlakukan seperti binatang. Saat itu saking marahnya Kakek menghukum ayahmu dengan memotong kejantanannya. Dengan itu Kakek berharap dia berhenti menodai anak orang. Dan ternyata memang benar, ayahmu jadi jauh lebih baik dan penurut. Dia giat bekerja dan tak lagi macam-macam. Meski harus ditukar dengan kebahagiaan memiliki cucu, Kakek rasa itu adalah hal yang baik.”

Aku menelan ludah yang mendadak terasa pahit. Lah? kalau gitu aku ini anak siapa?!

“Tahan pertanyaanmu, Cu. Biar Kakek lanjutkan,” ucap Kakek saat melihat wajah bingung dan panikku. “Gadis itu … gadis yang kabur membawa perhiasan, tiba-tiba dia muncul lagi dengan perut yang sudah besar. Gadis itu mengaku hamil karna ulah ayahmu. Sebenarnya Kakek tidak percaya, tapi ayahmu ngotot ingin menikahinya. Kakek tidak setuju, tapi mereka malah kawin lari dan pergi entah ke mana. Beberapa bulan setelah itu tiba-tiba kau sudah ada di depan pintu bersama surat dari ayahmu.”

Konyol rasanya bahwa satu jam lalu aku mengkhawatirkan apa yang akan kudapat dari gacha. Apa yang Kakek ceritakan membuatku merasa THR tak lagi ada artinya. Jika saja tahu akan jadi begini aku tak akan mau mendengar cerita Kakek.

“Jadi … sebenarnya aku anak siapa?” tanyaku pelan. Apakah benar wanita itu mengandung anak Ayah atau cuma sekedar menipunya demi mendapat pertanggungjawaban, aku benar-benar tak tahu.

“Kau itu anak ayahmu, Cu. Kalian mirip sekali.”

Kakek mengangguk dan memelukku. Pastilah sulit baginya menerimaku yang entah datang dari mana, tapi pada akhirnya dia tetap merawat dan membesarkanku.

“Kakek selalu menyesali hari di mana Kakek menemukan wanita itu. Kakek tak menyangka semua akan jadi begini. Tapi itu sama sekali tak ada hubungannya denganmu Cu. Tak perlu kau pikirkan apa yang orangtuamu perbuat, cukup fokus dengan hidupmu. Kuharap semua kebaikan yang kuberikan padamu tak akan menjadi musibah seperti yang biasa kudapatkan.”

Cerita untuk hari itu pun berakhir. Sesuai janji aku tak menceritakan hal itu pada siapa pun dan menyimpan semuanya sendiri. Akhirnya lebaran pun tiba. Hanya ada kami bertiga, tapi Kakek dan Nenek sama sekali tidak mengeluh. Aku juga merasa hidupku sudah bahagia meski hanya bersama mereka.

“Assalamualaikum.”

Katanya lebaran adalah hari yang sempurna untuk saling memaafkan, tapi aku tak yakin apakah orang ini bisa dimaafkan. Aku bisa langsung tahu siapa dia dalam satu kali lihat. Aku melirik Kakek dan Nenek yang terdiam tak menjawab salam. Meski demikian pada akhirnya Kakek mengangguk dan menjawab, “Waalaikmusalam.”

Dia pun masuk diikuti dengan seorang wanita di belakangnya. Wanita itu melihatku, tapi aku menoleh. Meski demikian aku tak bisa menahan godaan untuk meliriknya sesekali. Benar kata Kakek. Dia memang wanita yang cantik.

“Pak, mohon maaf lahir batin ya. Maaf aku nggak pernah ngasih kabar.”

“Minta maaf sama anakmu dulu sana!”

Ayah pun menoleh menatapku. Dia berlutut dan meminta maaf atas ketidakhadirannya selama belasan tahun. Aku tak tahu harus apa. Perasaanku campur aduk. Aku menoleh ke Kakek tapi dia tidak menatapku. Mungkin sebelum mendengar cerita Kakek aku tak akan memaafkan orangtuaku, tetapi sekarang aku yakin melakukan kebaikan tetaplah sebuah pilihan.

Apakah aku akan membalas kebaikan Kakek dengan menolak memberi orangtuaku kesempatan? Atau haruskah aku mengusir mereka dan menambah jumlah musibah dari kebaikan Kakek?

“Iya Yah. Aku juga minta maaf ya.”

Untuk pertama kalinya aku memeluk Ayah dan Ibu ku. Hal-hal baik memang tak selalu dibalas baik, tapi bukan berarti hal buruk akan dibalas baik. Setidaknya, aku tidak membenci mereka sampai-sampai tak bersedia untuk memberi kesempatan kedua.

Aku tak benar-benar mengerti baik dan buruk, tapi asalkan kita bahagia dengan pilihan yang kita ambil bukankah itu sudah cukup? Meski ujung-ujungnya berakhir buruk, bukan berarti selamanya akan buruk. Benar, kan?

“Oh iya, Ayah. Dulu Ayah pernah ngasih urutan lotere ke wanita hamil kan? Kami ketemu wanita itu di Ibukota dan dia pengen berterima kasih ke Ayah. Berkat uang hadiah itu dia bisa menyekolahkan anak-anaknya dan memulai bisnis. Katanya sih, dia bakal kasih rumah bertingkat kalau Ayah mau.”

Lihat kan? Terkadang hal buruk juga bisa berakhir baik.

***TAMAT***
ardian76
mnotorious19150
itkgid
itkgid dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.2K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
widya poetraAvatar border
widya poetra
#4
emoticon-Blue Guy Peaceemoticon-Hi

Plot twist: sebenarnya tokoh aku ini adalah adiknya anaknya si kakek.

emoticon-Ngacir
mnotorious19150
mnotorious19150 memberi reputasi
1
Tutup